Dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945, tonggak awal bagi lahirnya bangsa ini sekaligus mengakhiri penderitaannya sebagai bangsa yang terjajah. Namun, euphoria bangsa Indonesia tersebut tak berlangsung lama. Syarat sebagai negara merdeka "mendapat pengakuan secara de facto dan de jure" dari 2/3 negara dunia masih jauh dari harapan, hanya beberapa negara saja yang mengakui Indoensia merdeka secara de jure. Diantaranya, India dan Mesir. Ditambah kemenangan Sekutu atas Perang Dunia II menimbulkan masalah baru. Yaitu, kekhawatiran atas kembalinya Belanda ke Indonesia, karena nyatanya, Belanda tergabung menjadi salah satu negara Blok Sekutu dalam Perang Dunia II
Kekhawatiran tersebut terbukti, kekalahan Jepang atas Sekutu, menjadikan Sekutu sebagai perang dan secara otomatis, posisi Indonesia pun menjadi pengawasan langsung dari Sekutu. Tanggal 29 September 1945 Sekutu mengirim AFNEI (Allied Forced Netherland East Indies) ke Indonesia. Masuknya Sekutu tersebut, disertai dengan sejumlah pelanggaran-pelanggaran:
a. Ikut membebaskan dan memberikan senjata kepada tawanan Belanda
b. Diboncengi oleh NICA (Neherlands Indies Civil Adminintration)
hal tersebut hanya merupakan indikasi awal, bahwa Belanda berniat ingin kembali ke Indonesia. hal tersebut, betul-betul terbukti, ketika pada tanggal 21 Juli 1947 terjadi Agresi Militer Belanda I dan 18 Desember 1948 terjadi Agresi Militer Belanda II.
Masa-masa 1945-1949 sehingga dikenal sebagai periode Revolusi Fisik. Masa dimana bangsa ini berupaya mempertahankan kemerdekaan dengan cara pertempuran fisik, walau nyawa sebagai taruhannya. Dua peristiwa pada masa Revolusi Fisik yang pengucapannya mirip adalah: Peristiwa Bekasi Lautan Api dan Peristiwa Bandung Lautan Api. Namun, apakah perbedaan dan persamaan di antara keduanya?
Peristiwa Bandung Lautan Api
Dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia, gedung perkantoran hingga rumah-rumah bergaya kolonial Belanda, lebih banyak terdapat di kota Bandung. Menandakan bahwa, kota ini digemari orang Belanda pada saat itu sebagai tempat tinggal dan menetap. Bandung pun dijuluki oleh orang-orang Belanda sebagai Paris van Java. Ditambah, luasnya area perkebunan milik Belanda, menandakan bahwa, selain Jakarta, kota kedua yang paling ingin dikuasai oleh Belanda, terutama di Jawa Barat adalah Bandung.
Ketika pasukan Sekutu masuk ke Bandung pada 25 November 1945, Bandung telah di bagi 2. Sebelah Utara dikuasai Sekutu sedangkan sebelah Selatan dikuasai oleh Indonesia. Ditambah jebolnya sungai Cikapundung, menyebabkan banjir dan penderitaan bagi warga Bandung. Tak puas sampai di sana, Sekutu mengeluarkan ultimatum, bahwa warga Bandung harus mengosongkan Bandung Utara sejauh 11 km. menanggapi ultimatum tersebut, dikonsultasikan kepada kedua pimpinan RI pada saat itu. Menurut Jakarta (sebagai ibu kota RI), masyarakat Bandung harus mengikuti ultimatum dari Belanda, namun, intruksi berbeda justru datang dari Yogyakarta (pusat TKR) pada saat itu. Bahwa, masayarakat Bandung harus mempertahankan Bandung, melalui segenap jiwa dan raga.
Cerdiknya, masayarakat Bandung menggabungkan keduanya, mereka mengikuti intruksi dari Jakarta dan ultimatum dari Belanda untuk menyingkir ke Bandung bagian selatan. Kedua, mengikuti intruksi dari Yogyakarta dengan cara membakar habis kota Bandung. Tujuannya, agar Belanda tak menikmati lagi fasilitas (yang pernah mereka bangun) lagi. Berkobarlah api dimana-mana, sehingga untuk memperingati peristiwa tersebut, dikenal sebagai "Peristiwa Bandung Lautan Api".
Persitiwa Bekasi Lautan Api
Peristiwa Bekasi lautan api dimulai ketika jatuhnya pesawat milik Inggris di Rawa Gatel, Cakung pada 25 November 1945. pesawat ini membawa 26 awak penumpang (terdiri dari 4 awak berkebangsaan Inggris dan 22 orang berkebangsaan India-Syikh). Mereka ditawan, pada akhirnya dibunuh. Pada masa ini terjadi pertempuran dengan Sekutu, dan tuntutan dari pasukan Sekutu yaitu, keseluruhan tawanan harus dibebaskan, jika tidak Bekasi akan dibumi hanguskan. Namun, terjadi miskoordinasi antara pemimpin batalyon 5 Sambas Atmadinata dengan Letnan Satu Zakaria dan komandan Tangsi Polisi Bekasi Haji Rijan. sehingga ke 26 tawanan tersebut, di eksekusi (di bunuh).
Karena ada yang berkhianat dan disampaikan pada Inggris bahwa tawanan tersebut sudah di bunuh. Akhirnya, Inggris membawa seluruh mayat pasukannya yang dikubur di depan Tangsi Polisi Bekasi dan meninggalkan Bekasi setelah memasang 40 granat tangan serta 3 bom batok. Hanya ada satu bom batok yang meledak, sementara yang lain berhasil di jinakan oleh Hasbih bin Tjebih, walaupun ia akhirnya meninggal juga.
Sebagai pembalasan, tanggal 13 Desember 1945 Inggris menyerang kawedanan Bekasi. Inggris berhenti di Tangsi Polisi Bekasi yang sudah kosong. Merasa kecewa,akhirnya pembakaran dilakukan Inggris di Kampung Duaratus disusul daerah-daerah lain seperti: Kayuringin, Teluk Angsan, Teluk Buyung dan Pasar Bekasi.
Perbedaan Bekasi Lautan Api dan Bandung Lautan Api
yang membedakan keduanya adalah, siapa pelaku yang menyulut api tersebut, sehingga kedua kota tersebut di bumi hanguskan. Bandung lautan api, dibakar oleh warga Bandung sendiri, agar Belanda tak menikmati kembali fasilitas yang ada di kota Bandung. Sedangkan Bekasi lautan api dibakar oleh pasukan Sekutu, sebagai aksi pembalasan atas dibunuhnya 26 kawan mereka.
Baik peritiwa Bandung lautan api maupun Bekasi lautan api, sama-sama aksi heroik yang patut kita kenang dan teladani. Bahwa kegigihan, pantang menyerah dan berani mengambil resiko yang mereka milikilah yang mengantarkan kita pada masa ini menikmati manisnya masa kemerdekaan. Zaman boleh berganti, namun mereka yang pernah berjuang, namanya kan tetap abadi, sebagai pahlawan revolusi_RPH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar